ESSAY FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU
Pendahuluan
Hm sebelumnya kita bahas dulu apasih itu filsafat?
FILSAFAT adalah berfikir secara rasional, dasar dari ilmu pengetahuan yang meliputi banyak hal untuk menyelesaikan masalah dan mengetahui kebenaran.Dengan filsafat manusia memaksimalkan pemikiran rasionalnya untuk membedah realitas untuk menemukan hakikat realitas akhir, atau setidaknya membangun suatu bangunan pemikiran utuh untuk menyajikan sejenis pandangan sistematik mengenai realitas.
orang yang berfilsafat disebut filsuf, filsuf pertama adalah Thales pria yang lahir di Miletos Turki.
Berfikir belum tentu berfilsafat, berfikir berfilsafat memaksa seseorang untuk berfikir secara menyeluruh,mendasar dan spekulatif, Sedangkan orang yang berfikir biasa masih tidak sistematis.
3 super power manusia yang membangun untuk berfilsafat ada akal, perasaan, kemauan.
Tanpa ke tiga itu semua manusia tidak dapat mengendalikan diri nya sendiri dan memainkan peran penting dalam menentukan cara Anda berpikir dan berperilaku untuk mengambil keputusan dan bertindak. Hal ini membantu Anda bertahan hidup, menghindari bahaya, serta berempati dengan orang lain.
Berfilsafat Mempertanyakan tentang segala hal dalam proses mencari kebenaran yang menjadi tujuan akhirnya dan berarti berani berterus terang atas suatu kesadaran akan keterbatasan pada dirinya.
Kalian tahu motivasi manusia berfilsafat juga ada loh yaitu keingintahuan,keraguan/ketidakpastian, kelemahan,kekurangan.
Manfaat filsafat bagi kita
1.Filsafat menolong mendidik, membangun diri kita sendiri dengan pikiran lebih mendalam, kita mengalami dan menyadari kerohanian kita.
2.Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
3.Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari.
Yuk lah kita bahas Filsafat ilmu sekarang, Filsafat ilmu adalah hakikat dari ilmu pengetahuan yang membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta upaya untuk mencoba menemukan ilmu dan pentingnya upaya ilmiah ilmu secara keseluruhan.
Dalam pengertiannya yang umum, filsafat ilmu pengetahuan berarti "teori pengetahuan". Pengertian ini berhubungan dengan realitas alam semesta dan berbagai pengalaman manusia dalam realitas hidup yang kompleks dan sekaligus konkret. Bagaimana pengalaman-pengalaman nyata itu kemudian dikonstruksi untuk membentuk bangunan ilmu pengetahuan. Pada titik ini, filsafat ilmu pengetahuan berperan penting mentransformasi pengalaman menjadi ilmu. Melalui filsafat ilmu pengetahuan maka proses untuk menjadikan pengalaman sebagai basis pembentukan ilmu pengetahuan menjadi dimungkinkan. Dengan filsafat ilmu pengetahuan setiap orang dituntun agar mampu memperlakukan berbagai pengalaman untuk kemudian diutuhkan menjadi teori ilmu.
Menurut Nuchelmans pengertian filsafat ilmu yang bersifat ekstensial. Dimana filsafat memiliki hubungan di dalam kehidupan hari-hari manusia loh. Filsafat pulalah yang disebut-sebut sebagai pengerak kehidupan manusia hingga bernegara, berbangsa dan hidup secara kolektif.
Beberapa pandangan mengenai filsafat ilmu
Filsafat ilmu adalah pembandingan atau pengembangan pendapat-pendapat masa lampau terhadap pendapat-pendapat masa sekarang yang didukung dengan bukti-bukti ilmiah.
Filsafat ilmu merupakan paparan dugaan dan kecenderungan yang tidak terlepas dari pemikiran para ilmuwan yang menelitinya.
Filsafat ilmu dapat dimaknai sebagai suatu disiplin, konsep, dan teori tentang ilmu yang sudah dianalisis serta diklasifikasikan.
Filsafat ilmu adalah perumusan pandangan tentang ilmu berdasarkan penelitian secara ilmiah.
Pemikiran para filsuf di keilmuan akan terbantahkan dengan pemikiran lainnya yang lebih kuat. Hubungan ilmu sama filsafat apa sih? Pengetahuan bagian dari kajian filsafat ilmu, pengetahuan lahir sejak adanya peradaban manusia dan berkembang pesat sesuai dengan budayanya.
Fungsi filsafat ilmu
1.Alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.
2.Memberikan pengertian tentang cara pandangan hidup serta Panduan tentang ajaran moral dan etika
3.Sarana untuk mempertahankan, mendukung, menyerang atau juga tidak memihak terhadap pandangan filsafat lainnya.
ISI
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, demikian pula seni dan agama. Jadi dalam pengetahuan tercakup didalamnya ilmu, seni dan agama. Filsafat sebagaimana pengertiannya semula bisa dikelompokkan ke dalam bagian pengetahuan tersebut, sebab pada permulaannya zaman Yunani Kuno filsafat identik dengan pengetahuan (baik teoretik maupun praktik). Akan tetapi lama kelamaan ilmu-ilmu khusus menemukan kekhasannya sendiri untuk kemudian memisahkan diri dari filsafat. Gerak spesialisasi ilmu-ilmu itu semakin cepat pada zaman modern, pertama ilmu-ilmu eksakta, lalu diikuti oleh ilmu-ilmu sosial seperti: ekonomi, sosiologi, sejarah, psikologi dan seterusnya.
Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam. Pengetahuan keilmuan merupakan sari penjelasan mengenai alam yang bersifat subjektif dan berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai objek yang diungkapkannya. Dan agama (sebagiannya) adalah sesuatu yang bersifat transendental di luar batas pengalaman manusia (lihat Cony et al. 1988 : 45). Secara garis besar, Jujun S. Suriasumanteri (dalam A.M. Saifuddin et.al, 1991 : 14) menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni: (1) pengetahuan tentang yang baik dan yang buruk (yang disebut juga dengan etika/agama); (2) pengetahuan tentang indah dan yang jelek (yang disebut dengan estetika/seni) dan (3) pengetahuan tentang yang benar dan yang salah (yang disebut dengan logika/ilmu). Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tak lagi merupakan misteri. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang objek tertentu, termasuk di dalamnya adalah ilmu. Dengan demikian ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia di samping berbagai pengetahuan lainnya, seperti seni dan agama. Sebab secara ontologis ilmu membatasi diri pada pengkajian objek yang berada dalam lingkup pengalaman manusia, sedangkan agama memasuki pula daerah jelajah yang bersifat transendental yang berada di luar pengalaman manusia itu (Jujun, 1990:104-105). Sedangkan sisi lain dari pengetahuan mencoba mendeskripsikan sebuah gejala dengan sepenuh-penuh maknanya, sementara ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam sebuah hubungan yang bersifat rasional. Ilmu mencoba mencarikan penjelasan mengenai alam yang bersifat umum dan impersonal, sementara seni tetap bersifat individual dan personal, dengan memusatkan perhatiannya pada “pengalaman hidup perorangan” (Jujun, 1990: 106-107). Karena pengetahuan ilmiah merupakan a higher level of knowledge dalam perangkat-perangkat kita sehari-hari, maka filsafat ilmu tidak dapat dipisahkan dari filsafat pengetahuan. Objek bagi kedua cabang ilmu itu sering-sering tumpang tindih (Koento Wibisono, 1988 : 7). Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara-cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan atau epistemologi, yang secara umum menyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalaman manusia, juga mengenai logika dan metodologi.
Sejak runtuhnya kerajaan Romawi non-Katolik dan mulai berkembangnya agama Katolik Roma, kerajaan-kerajaan di Eropa masuk dalam abad kegelapan, abad kemandekan kegiatan keilmuan yang disebabkan antara lain karena para penguasa kerajaan di Eropa tidak concern terhadap perkembangan keilmuan disamping terlalu kuatnya pengaruh otoritas agama (Cony, at.al, 1988: 14). Sangat beruntung, selama kurun waktu ini di Timur Tengah, kerajaan-kerajaan bangsa Arab yang diwarnai oleh Islam berkembang pesat dalam kegiatan keilmuan. Dengan didudukinya daerah-daerah Yunani dan Romawi secara berangsur-angsur oleh bangsa Arab, maka para ilmuwan mereka dapat memiliki aset pengetahuan yang sudah maju saat itu. Kemudian mereka melakukan pengembangan lebih lanjut dengan memberikan ciri-ciri khas penalaran dan penemuan mereka sendiri. Jadi merekalah yang sesungguhnya mengisi kesenjangan perkembangan ilmu dan pengetahuan saat Eropa dilanda “kegelapan” (Cony, et.al., 1988:15). Pasca Hellenisme dan Romawi kemudian disusul dengan masa patristik, baik Patristik Timur maupun Barat. (Disebut demikian karena masa ini adalah masa bapak-bapak gereja, kira-kira pada abad ke-8). Para pemikir Kristen pada zaman ini mengambil sikap yang berbeda-beda, ada yang menerima filsafat Yunani dan ada yang menolak mentah-mentah, karena filsafat dianggap berbahaya bagi iman umat Kristen. Setelah ini kemudian muncul zaman pertengahan, atau disebut juga dengan zaman baru Eropa Barat. Sebutan Skolastik menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan abad ini diajarkan oleh sekolah-sekolah gereja (Harun, 1989: 87). Pada zaman pertengahan ini ilmu dikembangkan dan diarahkan atas dasar kepentingan agama (Kristen) dan baru memperoleh kemandiriannya semenjak adanya gerakan Renaissance dan Aufklarung abad ke-15 dan 18. Semenjak itu pula manusia merasa bebas, tidak terikat oleh agama, tradisi, sistem, otoritas politik dan sebagainya. Sejak saat inilah filsafat Barat menjadi sangat antroposentris, manusia bebas “mengadili” dan menghakimi segala sesuatu yang dihadapinya dalam hidup dan kehidupannya. Pada saat ini pulalah filsafat dan agama menjadi mencair tidak manunggal lagi. Agama mendasarkan diri atas iman dan kepercayaan, kebenaran wahyu dan firman Tuhan, sementara filsafat dengan mengembangkan rasio dan pengalamannya mencoba menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi dengan semangat “kebebasan” dan “pembebasan” manusia dalam hidup dan kehidupannya (Koento Wibisono, 1985 : 7-8). Diawali oleh metode berpikir ala Bacon (1561-1626 M) disamping tampilnya “anak-anak” renaissance, seperti: Copernicus (1473-1630 M), Galileo (1564-1642 M), Kepler (1571-1630 M) dengan hasil-hasil penelitiannya yang spektakuler, maka tibalah gilirannya kini filsafat ditinggalkan oleh ilmu-ilmu alam (natural sciences). Para filsuf sendiri sangat terpukau oleh keberhasilan metode ilmu pasti dan ilmu alam, sehingga timbul lah gagasan di antara mereka untuk menerapkan metode tersebut dalam filsafat, misalnya Newton (1643-1727 M) dengan Philsopohae Naturalis Principia Mathematica-nya, Descartes (1596-1650 M) dengan Discours de la Methode-nya, Spinoza (1632-1677 M) dengan karya Ethic-nya dan seterusnya, yang dengan pengembangan teori-teori tersebut mereka dipandang sebagai “Bapak” filsafat modern .Hampir dua abad lamanya, filsafat modern yang dimulai sejak abad ke-16 diisi oleh pergumulan hebat antara rasionalisme dan empirisme, sehingga seorang pakar besar Immanuel Kant (1724-1804 M) dengan karyanya yang masyhur, Kritik der reinen Vernunft berhasil “memugar” objektivitas ilmu pengetahuan modern. Demikianlah kemajuan berpikir manusia dari kurun ke kurun mengalami perkembangannya, mulai dari zaman Yunani Kuno, zaman renaissance (abad ke-15), Aufklarung (abad 18) hingga abad ke-19 dan abad ke-20, mulai dari dari J.C. Fichte (1762-1814 M) hingga Gabriel Marcel (1889-1973 M), bahkan hingga sekarang ini.
KESIMPULAN
Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat ilmu adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.